JASAPAKETAQIQAH.COM – Gonore, yang dikenal sebagai kencing nanah, adalah penyakit infeksi akibat bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini telah berkembang menjadi ancaman serius karena kini tergolong sebagai superbug.
Menurut epidemiolog Dr. Dicky Budiman, PhD., gonore tidak boleh dianggap sepele. Superbug merujuk pada mikroorganisme yang sudah kebal terhadap berbagai jenis obat antimikroba. WHO bahkan telah menetapkan bakteri Neisseria gonorrhoeae sebagai patogen prioritas karena tingkat resistensinya terhadap hampir semua antibiotik yang tersedia.
Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan peningkatan kasus super gonore, terutama di kawasan Asia Tenggara. Faktor utama yang mendorong lonjakan ini meliputi:
– Perilaku seksual tanpa proteksi,
– Rendahnya edukasi seksual, dan
– Penyalahgunaan antibiotik.
Dr. Dicky mengingatkan bahwa jika hal ini dibiarkan, infeksi menular seksual seperti gonore akan menjadi semakin sulit, atau bahkan mustahil, untuk disembuhkan. Menurutnya, literasi seksual harus dipandang sebagai kebutuhan mendesak dan bukan sebagai topik yang tabu.
Gejala Gonore pada Perempuan
Gejala gonore pada perempuan sering kali tidak spesifik, sehingga banyak yang mengabaikannya. Padahal infeksi ini dapat memicu komplikasi serius seperti infertilitas.
Menurut Dr. Hanny Nilasari, dokter subspesialis dermatologi venereologi dan estetika-venereologi, gejala pada perempuan sering kali hanya berupa keputihan biasa atau bahkan tanpa gejala sama sekali. Akibatnya, kebanyakan perempuan baru mengetahui dirinya terinfeksi saat sudah mengalami komplikasi seperti penyakit radang panggul atau kerusakan serius pada reproduksi yang berujung infertilitas.
Gejala Gonore pada Laki-Laki
Berbeda dengan perempuan, gejala gonore pada laki-laki lebih mudah dikenali. Keluhan utamanya adalah keluarnya cairan seperti nanah dari ujung kemaluan disertai rasa tidak nyaman, panas, dan nyeri saat buang air kecil.
Gonore sendiri merupakan bagian dari infeksi menular seksual (IMS), yang umumnya terjadi melalui kontak seksual—baik melalui kelamin, mulut, atau anus. Namun, IMS juga dapat menular dengan cara lain, seperti dari ibu kepada anaknya saat melahirkan.
Pendekatan Penanganan IMS
Penanganan IMS, termasuk gonore, memerlukan pendekatan yang komprehensif. Dr. Hanny menjelaskan bahwa remaja usia 15 hingga 19 tahun cukup sering datang ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut untuk mendapatkan pengobatan IMS. Dalam banyak kasus, mereka diantar oleh orangtua.
Oleh karena itu, komunikasi antara tenaga kesehatan dengan orangtua menjadi aspek penting dalam penanganan IMS pada remaja. Edukasi kepada orangtua harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah miskomunikasi.
Jika koordinasi dengan orangtua berjalan baik, pengobatan dapat dilakukan secara menyeluruh tanpa hambatan. Selain membantu pemulihan sang anak, komunikasi yang baik juga akan memperkuat hubungan antara remaja dan orangtuanya dalam menghadapi situasi ini.
Baca Juga : Apa yang Terjadi Ketika Perempuan Memiliki Kelebihan Hormon Testosteron?