Dampak Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Jangka Panjang

Juli 15, 2025

JASAPAKETAQIQAH.COM – Dalam program Keluarga Berencana (KB), penggunaan alat kontrasepsi merupakan elemen penting yang dapat membantu mencegah kehamilan yang tidak direncanakan sekaligus mendukung kesehatan reproduksi. Saat ini, tersedia berbagai jenis alat kontrasepsi yang terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu nonhormonal dan hormonal.

Metode kontrasepsi nonhormonal meliputi kondom, diafragma, spons, spermisida, IUD berbasis tembaga, metode kesadaran kesuburan, serta prosedur sterilisasi pada pria dan perempuan. Kontrasepsi jenis ini memiliki tingkat efektivitas yang cukup tinggi dengan risiko efek samping yang minimal. Di sisi lain, metode kontrasepsi hormonal mencakup pil KB, suntikan, patch, cincin vagina, implan, dan IUD hormonal. Sama seperti metode nonhormonal, kontrasepsi hormonal juga menawarkan efektivitas tinggi.

Pada beberapa individu, metode hormonal bahkan dapat membantu mengatur siklus menstruasi, mengurangi nyeri haid, serta mengatasi gejala sindrom pramenstruasi. Bentuk dan cara penggunaannya beragam, disesuaikan dengan preferensi masing-masing pengguna—mulai dari pil harian, suntikan setiap tiga bulan, hingga implan jangka panjang. Dilaporkan oleh Healthline, fleksibilitas metode hormonal memungkinkan kombinasi cara penggunaan serta pengaturan siklus konsumsi sesuai kebutuhan. Bahkan KB hormonal dipercaya sebagai solusi efektif menangani menorrhagia atau menstruasi berat yang menyebabkan pendarahan berlebihan.

Namun demikian, penggunaan kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan sejumlah dampak yang perlu diwaspadai. Beberapa di antaranya meliputi:

– Terhentinya siklus menstruasi secara total.
– Efek samping seperti mual, sakit kepala, nyeri payudara, kenaikan berat badan, sakit punggung, hingga depresi.
– Peningkatan risiko munculnya kista ovarium.
– Potensi komplikasi serius seperti serangan jantung, demam, atau pembentukan gumpalan darah.
– Risiko tusukan rahim akibat IUD yang tidak diganti tepat waktu.

Oleh karena itu, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memilih kontrasepsi hormonal. Selain itu, penderita kondisi seperti kanker payudara, gangguan pembekuan darah, stroke, migrain, hipertensi, maupun diabetes dianjurkan untuk menghindari penggunaan jenis kontrasepsi satu ini.

Menurut laporan National Institute Cancer, KB hormonal juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker tertentu bagi penggunanya. Jenis kanker yang paling rentan termasuk kanker serviks, kolorektal, ovarium, endometrium, dan payudara. Risiko ini terjadi karena hormon estrogen dan progesteron dalam kontrasepsi merangsang perkembangan hormon sintetik serupa yang dapat memicu reseptor kanker. Misalnya, reseptor yang terkait dengan kanker payudara dapat meningkat sehingga menambah potensi terjadinya penyakit tersebut.

Memahami dampak ini sangat penting bagi pengguna KB hormonal untuk mempertimbangkan pilihan mereka dengan matang demi menjaga kesehatan jangka panjang.

Baca Juga : Mengapa Perempuan Lebih Rentan Mengalami Sembelit? Kenali Sebab dan Solusinya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *