Dokter Merekomendasikan Metode Huff Cough untuk Pemulihan TBC, Apa Itu?

Juli 25, 2025

JASAPAKETAQIQAH.COM – Ketua Kelompok Staf Medis (KSM) Rehabilitasi Medis RSUP Persahabatan, Siti Chandra Widjanantie, mengungkapkan bahwa proses rehabilitasi pada fase pemulihan pasien tuberkulosis (TBC) dapat dilakukan melalui latihan batuk yang efektif. Salah satu metode yang disarankan adalah teknik huff cough.

Batuk efektif dengan metode huff cough dilakukan dengan cara membersihkan lendir di saluran pernapasan menggunakan aliran udara. Setelah itu, dilakukan batuk kuat untuk mengeluarkan dahak sepenuhnya. Siti menjelaskan bahwa pendekatan ini dikenal sebagai batuk efektif dalam rehabilitasi medis.

Latihan ini melibatkan kontraksi otot yang kuat, pengaturan napas masuk dan keluar, serta kerja diafragma untuk membantu mendorong udara keluar. Proses tersebut diulang secara teratur agar iritasi atau lendir yang menempel pada saluran pernapasan dapat dibersihkan.

Kemampuan untuk membersihkan jalan napas sangat berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan pasien. Siti menjelaskan bahwa batuk terus-menerus akibat iritasi saluran napas hingga ke jaringan paru-paru dapat menghambat pengeluaran dahak dan proses metabolik dari infeksi TBC. Dengan metode batuk yang efisien, saluran napas yang mengalami iritasi bisa diperbaiki, sehingga memperbaiki fungsi paru-paru.

Jika lendir menumpuk, kondisi ini dapat menyebabkan sesak napas dan menghambat perkembangan optimal paru-paru. Infeksi dapat memicu kekakuan jaringan atau fibrosis, yang membuat paru-paru sulit berkembang. Akibatnya, oksigen yang tersedia menjadi terbatas, pasien mudah lelah, dan kualitas hidup pun terganggu.

Siti menekankan bahwa dokter rehabilitasi medik berperan dalam membantu pasien mengatur pola pernapasan agar paru-paru lebih rileks. Langkah ini mencakup menemukan posisi tubuh yang nyaman, mengontrol frekuensi batuk agar tidak berlebihan, serta mendukung pengembangan paru-paru ketika pasien mengalami sesak napas.

Selain itu, teknik mengontrol batuk turut diajarkan kepada pasien TBC. Jika batuk tidak diperlukan, pasien dianjurkan menahan refleks batuk dengan cara tertentu. Namun, jika batuk bertujuan mengeluarkan dahak, para pasien dihimbau mengoptimalkan teknik ini agar lendir dapat dikeluarkan secara maksimal dengan kekuatan coughing.

Harapannya, pasien dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih baik tanpa terganggu oleh batuk berkepanjangan. Siti juga menjelaskan bahwa keluhan terkait batuk ini sering muncul selama masa terapi dan bahkan setelahnya. Meskipun tampak sepele, hal tersebut berpotensi menjadi masalah signifikan jika tidak ditangani dengan tepat.

Baca Juga : Studi Menunjukkan Kaitan Antara Jenis Darah dan Bahaya Kanker

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *