Hal Penting tentang Donor Organ yang Perlu Anda Ketahui

Agustus 6, 2025

JASAPAKETAQIQAH.COM – Organ manusia memiliki fungsi vital dalam menjaga keseimbangan tubuh dan kelangsungan hidup. Namun, pada kondisi tertentu, seseorang mungkin mengalami kerusakan pada salah satu organ, sehingga membutuhkan transplantasi untuk bertahan. Dalam situasi ini, donor organ menjadi solusi yang dapat menyelamatkan nyawa.

Sebelum memutuskan menjadi pendonor organ, penting untuk memahami sejumlah aspek terkait hal ini. Menurut Cleveland Clinic, donor dan transplantasi organ memungkinkan individu, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, memberi harapan hidup kepada orang lain. Prosedur ini melibatkan pengangkatan organ sehat dari pendonor yang tidak lagi membutuhkannya untuk kemudian ditransplantasikan ke penerima yang memerlukan.

Sebagian besar penerima organ adalah pasien yang berada dalam kondisi kritis akibat gagal organ tahap akhir. Sayangnya, karena keterbatasan jumlah organ yang tersedia, tidak semua pasien bisa mendapatkan transplantasi tepat waktu.

Daftar Organ yang Bisa Disumbangkan

Dilansir dari WebMD, seseorang dapat menyumbangkan organ mereka baik setelah meninggal maupun saat masih hidup.

Organ yang bisa disumbangkan setelah meninggal:
– Ginjal
– Hati
– Paru-paru
– Jantung
– Pankreas
– Usus
– Tangan dan wajah

Organ yang bisa disumbangkan saat masih hidup:
– Satu ginjal
– Satu paru-paru
– Bagian dari hati
– Bagian dari pankreas
– Bagian dari usus

Selain itu, jaringan seperti kornea, tendon, dan tulang juga dapat didonasikan untuk meningkatkan kualitas hidup individu lain, misalnya dengan memulihkan penglihatan atau mobilitas fisik.

Siapa yang Bisa Menjadi Pendonor Organ?

Pendonor hidup bisa berasal dari berbagai latar belakang, termasuk orang tua, pasangan, teman, rekan kerja, atau bahkan individu yang tidak dikenal. Persyaratan menjadi pendonor hidup meliputi:
– Berusia minimal 18 tahun (beberapa rumah sakit mensyaratkan usia minimal 21 tahun).
– Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik.
– Memahami risiko dan manfaat donor organ hidup.

Kondisi medis tertentu seperti kanker, HIV, diabetes, penyakit ginjal, atau penyakit jantung dapat menjadi penghalang untuk mendonor secara hidup. Untuk donasi organ setelah meninggal, tim medis akan melakukan penilaian menyeluruh guna menentukan organ yang dapat didonasikan. Penyakit menular berat, HIV aktif, atau kanker yang sedang menyebar mungkin membuat proses donasi menjadi tidak memungkinkan.

Kecocokan Golongan Darah dan Jaringan

Keberhasilan transplantasi sangat bergantung pada kecocokan antara pendonor dan penerima. Tim medis akan melakukan serangkaian tes untuk memastikan kesesuaian darah dan jaringan dari kedua pihak.

Dalam beberapa kasus, pusat medis mampu melakukan transplantasi meskipun darah dan jaringan donor serta penerima tidak sepenuhnya cocok. Dalam situasi ini, penerima akan mendapatkan perawatan khusus untuk mencegah tubuhnya menolak organ yang ditransplantasikan.

Proses Donasi Organ

Donasi organ tubuh dari individu yang telah meninggal dimulai dengan mendapatkan izin dan berakhir dengan transplantasi organ melalui prosedur pembedahan. Berikut adalah tahapan prosesnya:

– Mengidentifikasi calon donor yang memenuhi syarat
– Memperoleh persetujuan
– Mencocokkan donor dengan penerima
– Koordinasi proses transplantasi
– Pengambilan organ dari tubuh donor
– Transplantasi organ kepada penerima.

Untuk donasi organ secara hidup, langkah awalnya bisa dimulai dengan menghubungi program transplantasi donor hidup di wilayah terdekat. Jika Anda berniat mendonorkan organ kepada seseorang secara khusus, Anda dapat menghubungi rumah sakit tempat mereka menjalani transplantasi atau berbicara langsung dengan keluarganya.

Sebagai bagian dari prosedur donasi hidup, calon pendonor akan menjalani wawancara dan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Tes tersebut bertujuan untuk mengevaluasi kondisi fisik pendonor serta memastikan kecocokan organ dengan penerima.

Risiko Donasi Organ

Donasi organ, khususnya sebagai pendonor hidup, melibatkan prosedur operasi besar yang memiliki sejumlah risiko. Risiko tersebut meliputi kemungkinan pendarahan, infeksi, pembekuan darah, reaksi alergi terhadap obat bius, penolakan organ oleh tubuh penerima, kegagalan fungsi organ, atau kerusakan pada jaringan di sekitar area operasi.

Meski pendonor diberikan anestesi selama operasi, rasa sakit sering kali tetap dirasakan selama masa pemulihan. Intensitas nyeri dan ketidaknyamanan ini bergantung pada jenis operasi yang dilakukan. Selain itu, pendonor mungkin akan memiliki bekas luka jangka panjang di area yang dioperasi.

Proses Pemulihan Setelah Donasi

Baik bagi pendonor hidup maupun penerima organ, masa pemulihan setelah operasi transplantasi biasanya membutuhkan waktu antara dua hingga enam bulan. Durasi perawatan intensif di rumah sakit dapat berkisar dari beberapa hari hingga beberapa minggu, tergantung jenis transplantasi yang dilakukan.

Pendonor mungkin perlu mengambil cuti dari pekerjaan selama satu hingga dua bulan setelah operasi. Selain itu, mereka sering kali memerlukan bantuan tambahan untuk aktivitas sehari-hari di rumah. Meski mendapatkan perawatan medis terbaik, rasa tidak nyaman, keterbatasan gerak tubuh, dan proses adaptasi fisik selama masa pemulihan adalah hal yang normal dan wajar terjadi.

Baca Juga : Macam-Macam Warna Kotoran Telinga yang Tidak Normal dan Penyebabnya, Waspadai Kondisi Serius

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *