Memahami Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Faktor Risiko Utamanya

Agustus 1, 2025

JASAPAKETAQIQAH.COM – Ada berbagai kondisi yang dapat membuat pernapasan seseorang menjadi sulit, seperti cedera serius yang menyebabkan kehilangan kesadaran, menyelam untuk durasi yang panjang, atau setelah berlari dengan intens. Situasi-situasi ini mengakibatkan aliran oksigen terganggu sementara. Namun, ada pula gangguan pernapasan yang kurang akut tetapi berlangsung lama, seperti asma, sleep apnea, dan fibrosis kistik.

Salah satu gangguan pernapasan yang cukup umum namun sangat mengganggu adalah penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Penyakit ini termasuk dalam kategori yang sama dengan bronkitis kronis dan emfisema.

PPOK terjadi akibat kerusakan jaringan paru-paru yang memicu peradangan, sehingga saluran udara teriritasi dan aliran oksigen terhambat. Kondisi ini cenderung memburuk seiring waktu.

PPOK biasanya dialami oleh mereka yang berusia di atas 50 tahun, menurut Dr. Shawn Aaron, seorang ilmuwan senior di program peradangan dan penyakit kronis Ottawa Hospital Research Institute, Kanada, dalam wawancaranya dengan USA Today pada 6 Maret 2025.

Gejala PPOK yang sering ditemukan meliputi bunyi napas (mengi), dada terasa sesak, batuk berkepanjangan (dengan atau tanpa dahak), serta rasa lelah tak wajar. Selain itu, penderita PPOK lebih rentan menghadapi infeksi pernapasan seperti pneumonia, Covid-19, dan tuberkulosis.

PPOK diketahui sebagai salah satu penyebab utama kematian di Amerika Serikat maupun secara global. Pernyataan ini diungkapkan oleh Dr. David Mannino, kepala staf medis di Yayasan PPOK yang berbasis di Florida, AS.

Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menunjukkan sekitar 15 juta orang dewasa didiagnosis menderita PPOK, meski jumlah sebenarnya bisa mencapai dua kali lipat karena banyak kasus yang tidak terdiagnosis atau salah diagnosa.

Penyebab PPOK

Kerusakan jaringan paru sering kali terkait dengan paparan jangka panjang terhadap iritan seperti asap rokok, debu, bahan kimia, atau polusi udara. Di negara-negara berpendapatan tinggi seperti AS, rokok menjadi penyebab utama PPOK, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Mannino.

Namun, patut dicatat bahwa tidak semua perokok akan mengalami PPOK dan tidak semua penderita PPOK memiliki riwayat merokok. Faktanya, sekitar 25 persen penderita PPOK tidak pernah merokok sebelumnya.

Di negara berkembang, paparan polusi udara luar ruangan maupun asap dapur dalam rumah tangga menjadi penyebab utama PPOK. Menurut Dr. Aaron, faktor lain meliputi kelahiran prematur yang menghambat perkembangan optimal paru-paru, riwayat asma, infeksi pernapasan saat masa kanak-kanak, dan faktor genetik tertentu.

Meskipun penyakit ini serius, PPOK dapat dikelola dengan pengobatan seperti terapi inhalasi dan terapi oksigen. Bagi para perokok, langkah paling penting adalah berhenti merokok demi mengurangi risiko dan memperbaiki kondisi paru-paru.

Baca Juga : Memahami Penyakit Parkinson: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *