Mengapa Pria Lebih Berisiko Terserang Penyakit Jantung Dibandingkan Wanita?

Agustus 3, 2025

JASAPAKETAQIQAH.COM – Penyakit jantung menjadi penyebab utama kematian bagi pria dan wanita di Amerika Serikat. Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pria memiliki kecenderungan mengalami serangan jantung pertama dengan rata-rata usia 10 tahun lebih muda dibandingkan wanita. Satu dari empat pria di AS meninggal akibat gangguan kardiovaskular seperti serangan jantung.

Faktor Risiko yang Lebih Tinggi pada Pria

Faktor risiko umum seperti kolesterol tinggi dan tekanan darah sering kali diperburuk oleh perubahan hormonal, obesitas perut, dan tekanan emosional pada usia paruh baya, menyebabkan kemungkinan serangan jantung lebih dini pada pria.

Wanita memiliki kadar estrogen dan progesteron yang lebih tinggi, yang berperan dalam menjaga kesehatan pembuluh darah serta menurunkan risiko penyakit jantung. Sementara itu, pria memiliki kadar hormon tersebut yang lebih rendah, sehingga perlindungan terhadap penyakit jantung pun minim.

Testosteron, hormon yang dominan pada pria, sebenarnya juga memberi efek perlindungan terhadap kesehatan jantung. Namun, kadar testosteron mulai menurun sejak usia sekitar 40 tahun dan belum ada terapi testosteron yang secara luas disarankan untuk mencegah penyakit jantung karena potensi efek sampingnya. Penggunaan testosteron dosis tinggi, seperti pada binaragawan, terbukti meningkatkan tekanan darah, risiko stroke, serta masalah vaskular lainnya.

Pandangan terhadap testosteron kini mulai berubah. Kadar testosteron yang rendah dianggap berkontribusi terhadap meningkatnya risiko penyakit jantung karena hormon ini dapat memperbesar pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah. Meski begitu, bukti ilmiah yang cukup belum tersedia untuk menjelaskan efektivitas terapi testosteron dalam mengatasi gangguan jantung secara menyeluruh.

Dampak Obesitas dan Konsumsi Alkohol

Faktor lain yang membuat pria lebih rentan terserang penyakit jantung adalah pola distribusi lemak tubuh. Wanita biasanya menyimpan lemak di area pinggul, sementara pria lebih rentan mengalami penumpukan lemak di perut atau lemak visceral. Lemak visceral dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh, memperburuk profil kolesterol, dan menaikkan kadar gula darah, yang semuanya meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular.

Selain itu, konsumsi alkohol pada pria sering menyebabkan akumulasi lemak di area perut dikenal sebagai ‘beer belly’. Lemak ini sangat berisiko bagi kesehatan jantung karena tidak ada jumlah konsumsi alkohol yang sepenuhnya aman.

Untuk mengatasi penumpukan lemak visceral, pengurangan asupan kalori dan karbohidrat menjadi langkah efektif. Dalam hal pola makan, diet Mediterania dinilai sebagai pilihan berkelanjutan untuk mendukung kesehatan jantung. Ditambah lagi, American Heart Association merekomendasikan 150 menit aktivitas fisik per minggunya guna menekan risiko gangguan kardiovaskular.

Faktor Psikologis dan Isolasi Sosial

Stres menjadi salah satu faktor utama yang meningkatkan peluang terkena penyakit jantung pada pria, terutama jika dikombinasikan dengan kesepian dan isolasi sosial. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang kurang memiliki hubungan sosial cenderung menghadapi kejadian kardiovaskular lebih dini dibanding mereka dengan koneksi sosial yang baik.

Pengelolaan stres melalui tidur berkualitas, terapi psikologis, serta keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat membantu mengurangi risiko tersebut secara signifikan.

Disfungsi Ereksi Sebagai Indikator Awal Penyakit Jantung

Salah satu tanda awal dari gangguan kardiovaskular pada pria yang kerap tidak disadari adalah disfungsi ereksi. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kualitas hidup, tetapi juga menjadi alarm dini terkait potensi gangguan kesehatan pada sistem kardiovaskular.

Disfungsi ereksi erat kaitannya dengan kesehatan sistem pembuluh darah. Jika aliran darah menuju penis terhambat akibat penyumbatan kapiler kecil, kemungkinan besar pembuluh darah menuju jantung juga mengalami penyempitan. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan vaskular adalah gejala awal dari masalah serius lainnya di tubuh.

Meskipun kadar testosteron rendah sering dikaitkan dengan disfungsi ereksi, alasan utama tetap bersumber pada kondisi sistem vaskular secara keseluruhan. Oleh karena itu, menjaga kesehatan pembuluh darah adalah kunci untuk mencegah dan menangani gejala tersebut.

Baca Juga : Mengapa Cedera Lutut Begitu Ditakuti? Ini Penjelasan dan Cara Menghadapinya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *