Pengaruh Tidur REM terhadap Kesehatan Otak dan Risiko Demensia

Juli 16, 2025

JASAPAKETAQIQAH.COM – Para ahli mengungkapkan bahwa tidur lelap dan tidur dengan gerakan mata cepat atau Rapid Eye Movement (REM) memiliki peran penting bagi kesehatan otak sekaligus berkontribusi terhadap risiko demensia.

Penelitian terbaru mengamati individu yang mengalami kekurangan tidur lelap dan tidur REM, menunjukkan adanya tanda-tanda atrofi otak dalam hasil pemindaian MRI yang muncul sekitar 13 hingga 17 tahun setelah kekurangan tersebut terjadi. Atrofi ini menyerupai gejala tahap awal penyakit Alzheimer. Selama tidur, otak kita secara bergantian melewati empat fase, salah satunya adalah tidur REM.

Memahami Tidur REM

Menurut Harvard Health Publishing, tidur REM merupakan salah satu komponen dari siklus tidur normal manusia, yang umumnya berlangsung 80 hingga 100 menit per siklus. Dalam satu malam, tubuh biasanya melewati sekitar empat hingga enam siklus tidur.

Tidur REM adalah fase di mana sebagian besar mimpi terjadi. Selama tahap ini, aktivitas otak, detak jantung, tekanan darah, serta ritme pernapasan meningkat. Gerakan mata yang cepat terjadi meskipun mata tetap tertutup. Dalam waktu yang sama, otot di lengan dan kaki sementara kehilangan kemampuan bergerak guna menghindari perilaku fisik saat bermimpi.

Perubahan Pola Tidur REM Seiring Usia

Seiring bertambahnya usia, kebutuhan tidur REM mengalami penurunan. Bayi baru lahir menghabiskan hampir separuh waktu tidur mereka dalam fase REM. Namun, jumlah ini mulai berkurang sejak usia enam bulan dan terus menurun selama masa kanak-kanak dan remaja.

Ketika mencapai usia 20 tahun, rata-rata waktu tidur REM adalah sekitar 20 persen dari total tidur. Pada orang dewasa yang lebih tua, seperti usia 80 tahun, persentase ini turun menjadi sekitar 17 persen. Siklus REM biasanya dimulai dengan sesi pendek sekitar 10 menit, tetapi fase berikutnya berlangsung semakin lama, hingga mencapai sekitar satu jam pada siklus terakhir, menurut Cleveland Clinic.

Manfaat Tidur REM bagi Tubuh

1. Peningkatan Kemampuan Belajar dan Memori

Selama tidur REM, otak menyaring dan memangkas koneksi sinaptiknya ruang interaksi antar sel otak yang berfungsi meningkatkan kemampuan memori dan pemecahan masalah.

2. Pengolahan Emosi

Tidur REM membantu otak memproses memori emosional, termasuk pengalaman yang melibatkan rasa takut dan stres.

3. Perkembangan Sistem Saraf

Fase ini mendukung perkembangan sistem saraf pusat, termasuk otak dan sumsum tulang belakang, terutama pada bayi. Inilah alasan mengapa bayi baru lahir memiliki kebutuhan tidur REM yang tinggi.

4. Penurunan Risiko Demensia

Dipublikasikan dalam jurnal Neurology, sebuah studi menunjukkan bahwa kekurangan tidur REM dapat meningkatkan risiko demensia. Bahkan, setiap satu persen penurunan durasi tidur REM dapat meningkatkan risiko demensia hingga sembilan persen.

Ketika tubuh kurang tidur pada suatu malam, ia akan mencoba menggantinya secara otomatis pada malam berikutnya dengan lebih cepat memasuki fase REM dan bertahan lebih lama di dalamnya. Fenomena ini disebut rebound REM, menegaskan betapa pentingnya tahap ini dalam menjaga keseimbangan fungsi tubuh.

Baca Juga : Dampak Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Jangka Panjang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *