Serangan Jantung yang Disebabkan Virus Dianggap Sebagai Masuk Angin, Apa Saja Perbedaan Gejalanya?

Mei 16, 2025

JASAPAKETAQIQAH.COM – Di platform media sosial X, pengguna internet berbagi pengalaman mengenai anggota keluarga yang mengalami serangan jantung, tetapi dengan gejala yang mirip dengan masuk angin. Gejala yang terlihat mencakup rasa pegal, mual, hingga muntah.

“Dianggap masuk angin, padahal ayah mengalami serangan jantung. Dada terasa sesak (juga obesitas), curiga kolesterol tinggi. Saat saat dikerok, beliau meninggal. Banyak yang bilang cuma pingsan, padahal sudah tiada, dibawa ke dokter, sampai di rumah sudah jadi jenazah,” ungkap akun @aud*, yang dikutip oleh Kami pada Senin (12/5/2025).

“Benar sekali. Almarhum ayahku dulu saat mulai terkena jantung merasa seperti masuk angin ditambah keringat dingin. Meskipun sudah diberikan teh hangat, tidak ada efeknya, kemudian beliau merasakan nyeri di dada dekat bahu sebelah kiri,” tulis pengguna lainnya.

Menanggapi fenomena ini, dokter jantung dr Vito Damay, SpJP(K), FIHA, FICA menjelaskan bahwa serangan jantung dan masuk angin bisa menunjukkan gejala yang sama. Dia menambahkan, terdapat ciri khas yang memisahkan kedua kondisi kesehatan tersebut.

“Serangan jantung sering kali muncul secara tiba-tiba, tidak selalu disertai nyeri dada yang parah. Kadang, hanya rasa mual, pusing, lemas, atau keluhan yang mirip dengan masuk angin. Namun, jika ‘masuk angin’ biasa, setelah dipijat atau beristirahat, gejala umumnya akan membaik. Sementara itu, nyeri dada atau ketidaknyamanan pada serangan jantung bisa mereda tanpa bantuan pijatan atau kerokan,” jelas dr Vito kepada detikcom pada Senin (12/5/2025).

“Namun, pada serangan jantung, keluhan dapat menjadi lebih parah, disertai keringat dingin, kesulitan bernapas, detak jantung yang tidak teratur, atau nyeri di dada bagian kiri yang menjalar hingga ke lengan, rahang, atau punggung. Pada wanita atau orang tua, gejalanya kadang hanya muncul sebagai mual atau nyeri di bagian ulu hati,” tambahnya.

Dr Vito menyatakan bahwa jika ada anggota keluarga atau kenalan yang menunjukkan gejala-gejala tersebut yang mengarah pada serangan jantung, sebaiknya tidak diabaikan.

“Segera bawa ke instalasi gawat darurat terdekat yang mampu melakukan rekaman jantung (EKG) atau pemeriksaan troponin. Jangan menunda dengan berusaha meredakan gejala melalui pijatan, kerokan, atau minum jamu terlebih dahulu. Semakin cepat penanganan dilakukan, semakin besar kesempatan untuk menyelamatkan jantung,” tegas dr Vito.

“Hal ini terutama harus diwaspadai jika terdapat faktor risiko seperti hipertensi, kolesterol tinggi, kebiasaan merokok, obesitas, atau diabetes,” sambungnya.

Dr Vito menyatakan bahwa “golden period” untuk kondisi ini adalah satu hingga dua jam pertama setelah gejala muncul. Jika dalam periode tersebut pasien mendapatkan perawatan, seperti pemberian pengencer darah atau tindakan kateterisasi untuk membuka sumbatan pada pembuluh darah jantung, maka kerusakan otot jantung bisa dihindari.

“Jika sudah melewati 6 jam, 12 jam, atau bahkan 24 jam, risikonya menjadi jauh lebih tinggi, bahkan bisa berujung fatal, atau jika tidak fatal, kerusakan jantung akan semakin meluas dan menjadi kelemahan jantung yang permanen,” tutupnya.

Baca Juga : Apa Itu Kaki Diabetes? Luka Kaki Karena Diabetes yang Tak Terkontrol yang Dapat Berakhir dengan Amputasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *