Waspada! Gumpalan di Leher Mungkin Kanker Limfoma, Berikut Cara Memeriksanya

Mei 27, 2025

JASAPAKETAQIQAH.COM – Munculnya benjolan pada area seperti leher, ketiak, dada, dan panggul dapat menjadi salah satu indikasi limfoma, yaitu jenis kanker yang disebabkan oleh pertumbuhan tidak terkendali sel darah putih (limfosit) yang kemudian menumpuk dalam sistem limfatik atau kelenjar getah bening. Oleh karena itu, limfoma sering juga disebut sebagai kanker kelenjar getah bening.

Berbeda dengan leukemia, jenis kanker darah yang lebih dikenal luas, limfoma masih kurang dipahami oleh masyarakat umum. Menurut Prof. Dr.Dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD, KHOM, M.Epid, M.PdKed, FACP, FINASIM, FISQua, seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam dengan konsentrasi pada kanker dan kelainan darah di Mayapada Hospital Kuningan, penting untuk mengenali gejala limfoma sedini mungkin agar pengobatan yang tepat dapat segera dilakukan.

Gejala limfoma tidak hanya sebatas munculnya benjolan. Gejala lain termasuk demam dan keringat berlebih di malam hari, penurunan berat badan hingga 10 persen dalam waktu enam bulan tanpa pengaruh diet atau olahraga, perut membengkak serta merasa kenyang setelah makan dalam jumlah sedikit, tekanan atau nyeri di dada, sesak napas atau batuk, sering mengalami infeksi, mudah memar atau berdarah.

Karena kelenjar getah bening tersebar di berbagai bagian tubuh, limfoma dapat berkembang di banyak lokasi seperti leher, ketiak, dada, panggul, limpa, sumsum tulang, kelenjar thymus, tonsil, lambung, hingga usus. Kondisi ini umumnya lebih sering ditemukan pada pria dewasa muda dibandingkan perempuan.

Limfoma sendiri terbagi menjadi dua kategori utama: Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non-Hodgkin (NHL).

Prof. Ikhwan menjelaskan bahwa NHL adalah jenis limfoma yang paling umum di Indonesia maupun dunia, termasuk pada anak-anak. Sekitar 80 persen kasus NHL disebabkan oleh limfoma sel-B, sedangkan limfoma sel-T lebih jarang terjadi namun sering kali lebih sulit untuk disembuhkan.

NHL dapat dibagi ke dalam dua tipe utama: tipe indolen (berkembang lambat), yang mungkin hanya memerlukan pemeriksaan berkala (watchful waiting), dan tipe agresif seperti Diffuse Large B-Cell Lymphoma (DLBCL), yang tumbuh cepat tetapi masih memiliki peluang penyembuhan dengan pengobatan yang tepat. Jika tidak ditangani dengan baik, semua jenis NHL berisiko menyebar ke berbagai bagian sistem limfatik lainnya.

Untuk mendeteksi limfoma secara akurat, tersedia sejumlah metode diagnosis radiologi seperti CT-Scan, MRI, X-Ray, pemeriksaan darah, hingga analisis sumsum tulang. Di samping itu, biopsi—prosedur mengambil sebagian atau seluruh kelenjar getah bening—merupakan metode utama untuk memastikan keberadaan sel kanker dalam tubuh.

Menurut Dr. Resti Mulia Sari, Sp.PD KHOM, seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kanker dan Kelainan Darah dari Mayapada Hospital Tangerang, biopsi tidak selalu menjadi langkah awal dalam mendeteksi limfoma. Hal ini karena berbagai gejala limfoma sering kali juga dapat disebabkan oleh kondisi lain, seperti infeksi misalnya.

Biopsi umumnya dilakukan apabila ditemukan perubahan pada ukuran, tekstur, atau lokasi kelenjar getah bening, atau jika terdapat gejala lain yang mengindikasikan kemungkinan limfoma. Setelah seseorang didiagnosis dengan limfoma, pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi individu pasien. Pilihan terapi yang biasa digunakan meliputi imunoterapi, terapi target, radioterapi, hingga transplantasi sumsum tulang.

Menurut Dr. Resti, pada Limfoma Non-Hodgkin (NHL), pengobatan sering kali melibatkan kombinasi kemoterapi, terapi target menggunakan antibodi monoklonal, serta steroid yang berfungsi menghancurkan sel kanker. Kombinasi terapi ini diberikan dengan jeda waktu tertentu untuk memungkinkan regenerasi sel sehat. Kemajuan dalam pengobatan kanker kini makin pesat dengan adanya terapi target dan imunoterapi yang secara spesifik menyerang protein penyebab kanker atau membantu sistem imun melawan sel-sel ganas.

Pendekatan terapi akan selalu disesuaikan dengan diagnosis, stadium penyakit, serta kondisi pasien. Tingkat kelangsungan hidup pasien limfoma juga menunjukkan hasil yang cukup baik, yakni sekitar 89 persen untuk Limfoma Hodgkin dan 74 persen untuk Limfoma Non-Hodgkin dalam lima tahun setelah diagnosis.

Identifikasi dan penanganan awal memainkan peran penting dalam meningkatkan peluang kesembuhan pasien limfoma. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter apabila gejala mulai muncul. Oncology Center Mayapada Hospital dapat menjadi salah satu opsi pilihan karena menawarkan layanan terpadu yang mencakup deteksi dini, diagnosis, pengobatan, hingga perawatan lanjutan oleh tim dokter ahli yang berpengalaman dalam menangani kasus-kasus kompleks. Pasien juga dapat dengan mudah berkonsultasi melalui aplikasi MyCare atau menghubungi Call Center 150770.

Layanan di Oncology Center Mayapada Hospital diperkuat oleh Tumor Board, yaitu tim dokter spesialis yang merancang rencana perawatan kanker terkini, serta layanan Patient Navigator yang bertugas memandu pasien dalam setiap tahap pengobatan hingga proses pemulihan. Akses ke layanan ini pun kini lebih mudah melalui aplikasi MyCare, yang bisa digunakan kapan saja dan di mana saja.

Kesuksesan berbagai tindakan penanganan kanker di Mayapada Hospital juga dapat diketahui melalui fitur Health Articles & Tips dalam aplikasi MyCare. Aplikasi ini bahkan menyediakan fitur Personal Health untuk membantu pengguna memantau aktivitas fisik, seperti jumlah langkah kaki, detak jantung, kalori terbakar, hingga Body Mass Index (BMI).

Untuk memberikan pengalaman lebih menyenangkan bagi pengguna baru, MyCare menawarkan reward point saat pertama kali diunduh melalui Google Play Store atau App Store. Poin ini selanjutnya dapat digunakan sebagai potongan harga di berbagai layanan unit Mayapada Hospital.

Baca Juga : Dada Berdebar Setelah Minum Kopi, Apakah Tanda Masalah Jantung? Begini Penjelasan Dokter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *