JASAPAKETAQIQAH.COM – Kesepian kronis diketahui dapat memicu risiko stroke yang lebih tinggi, sebuah kondisi serius yang dapat menurunkan kualitas hidup individu. Dalam sebuah penelitian, individu yang merasa kesepian memiliki risiko stroke 25 persen lebih besar dibandingkan mereka yang tidak mengalami kesepian.
Berdasarkan laporan Heart.org, penelitian ini menggunakan data dari Health and Retirement Study (HRS) antara tahun 2006 hingga 2018, melibatkan 12.161 peserta. Analisis dilakukan untuk meneliti hubungan antara perubahan tingkat kesepian dan kejadian stroke dari waktu ke waktu.
Tingkat kesepian dinilai melalui skala Revised UCLA Loneliness yang diukur pada dua periode, yakni 2006-2008 dan 2010-2012. Peserta dibagi ke dalam empat kategori berdasarkan tingkat kesepian mereka: consistently low (tingkat rendah di kedua periode), remitting (tingkat tinggi di awal lalu menurun), recent onset (tingkat rendah di awal lalu meningkat), dan consistently high (tingkat tinggi di kedua periode).
Selama masa penelitian, tercatat 1.237 peserta mengalami stroke. Kelompok consistently high menjadi yang paling rentan terkena stroke meski berbagai faktor seperti usia, gaya hidup, dan tekanan darah telah diperhitungkan.
Hasil menunjukkan bahwa individu dalam kategori consistently high memiliki risiko stroke 56 persen lebih besar dibandingkan kategori consistently low. Hal ini menguatkan bahwa kesepian secara signifikan berperan dalam meningkatnya risiko stroke.
Peneliti mengungkapkan bahwa evaluasi berulang terhadap kesepian dapat membantu mengidentifikasi individu yang kronis kesepian dan memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke. Jika perasaan kesepian ini tidak ditangani, baik secara individu maupun pada skala masyarakat, dampaknya dapat menjadi serius bagi kesehatan.
Meski demikian, ahli mengatakan penelitian tambahan diperlukan untuk memahami hubungan antara kesepian jangka pendek dan risiko stroke serta mekanisme yang melatarbelakanginya. Selain itu, temuan ini masih terbatas pada populasi dewasa tua dan mungkin tidak sepenuhnya berlaku untuk individu yang lebih muda.
Baca Juga : Apakah Ada Makanan yang Dapat Menurunkan Kolesterol? Jawabannya Ternyata Tidak Sesederhana Itu